MEMPERLAMBAT TERJADINYA DEGENERATIF TUBUH DENGAN OLAHRAGA
MEMPERLAMBAT TERJADINYA DEGENERATIF TUBUH DENGAN OLAHRAGA
a.
Penyakit
kardiovaskuler
Penyakit kardiovaskuler adalah
penyakit yang menyerang jantung dan pembuluh darah sekitar. Ketika seseorang
memasuki usia lansia akan terjadi penyempitan pembuluh darah dan otot jantung
yang melemah sehingga oksigen yang dapat dikonsumsi menurun.
b.
Masalah pada
endokrin
Endokrin merupakan sekresi internal yang berkaitan dengan hormon. Selain itu sistem endokrin terdiri dari kelenjar dan organ seperti pankreas, adrenal, pituitari, tiroid, ovarium, dan testis. Sistem ini mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan, metabolisme, fungsi seksual, dan suasana hati. Ketika endokrin mengalami masalah maka bagian hormon tertentu akan tidak merespon sebagaiman mestinya.
c.
Neoplasma
Neoplasma merupakan nama lain
dari tumor, yaitu munculnya benjolan yang tumbuh akibat sel-sel membelah dan
tumbuh secara berlebihan di dalam tubuh. Neoplasma bisa bersifat ganas dan
jinak. Jika neoplasma bersifat ganas maka itu merupakan kanker karena
perkembangan sel tidak terkendali, menyebar dan merusak jaringan sehat
disekitarnya.
d.
Osteoporosis
Osteoporosis adalah penyakit
degeneratif yang menandakan pengeroposan tulang karena bertambahnya umur. Hal
ini yang membuat banyak lansia memiliki tubuh yang bungkuk.
e.
Obesitas
Obesitas adalah penyakit
dengan berat badan berlebih. Hal ini dapat diketahui dengan cara menghitung IMT
seseorang. Obseitas disebabkan karena gaya hidup yang kurang aktif sehingga
tubuh jarang membakar lemak atau kalori yang terdapat di dalam tubuh. Semakin
bertambah umurnya seseorang maka akan semakin orang tersebut jarang menggunakan
tubuhnya untuk bergerak sehingga menyebabkan lansia rentan terkena penyakit
obesitas.
f.
Hipertensi
Hipertensi merupakan kondisi
tubuh seseorang mengalami tekanan darah berada diangka 130/80 mmHG atau lebih.
Hipertensi jika ditangan dapat mengakibatkan penyakit yang lebih parah seperti
gagal jantung, ginjal, dan stroke. Menurut Depkes dalam (Hermawan, dan Fahrun,
2017) mengatakan, Prevalensi hipertensi di Indonesia
untuk penduduk berumur diatas 25 tahun adalah 8,3%, dengan prevalensi laki-laki
sebesar 12,2% dan perempuan 15,5%. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar
Depkes (Riskesdas) 2013, sekitar 76% kasus hipertensi di masyarakat belum
terdiagnosis. Hal ini terlihat dari hasil pengukuran tekanan darah pada usia 18
tahun ke atas ditemukan prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 31,7%.
Ketika
seseorang terbiasa dengan berolahraga sejak dini, remaja, maupun dewasa maka
mereka akan memiliki tubuh yang terlatih sehingga memperlambat tubuh orang
tersebut terjadinya degeneratif. Pada saaat melakukan olahraga aerob seperti
senam, joging, dan jalan kaki maka metabolisme dalam tubuh akan berlangsung
sehingga terjdainya pembakaran simpanan lemak, karbohidrat, dan sebagian kecil
dari simpanan protein yang ada didalam tubuh sehingga memperlambat terjadinya
penyakit degeneratif ataupun menjadikan tubuh lansia menjadi lebih sehat.
Menurut Hermawan dan Fahrun (2017) dalam penelitiannya terkait pengaruh senam
terhadap tekanan darah lansia di Panti Wreda Darma Bhakti menunjukan nilai
rata-rata tekanan darah sistol pre test (151,463) lebih tinggi dibandingkan
rata-rata tekanan darah sistol post test (130,36 ) sehingga disimpulkan
pemberian intervensi senam hipertensi berpengaruh terhadap penurunan tekanan
darah sistol responden. Selain itu jalan
kaki dapat menurunkan resiko seperti stroke, diabetes, osteoporosis, hipertensi
dan penyakit respirasi.
Sumber
:
Hermawan, T., Fahrun, N. R. 2017. Pengaruh Senam
Hipertensi Lansia Terhadap Penurunan Tekanan Darah Lansia Dengan Hipertensi di
Panti Wreda Darma Bhakti Kelurahan Pajang Surakata. Jurnal Kesehatan.
Vol.10/No.1/Juni.
Komentar
Posting Komentar